Menu

Tunjuk Aksi Jaran Kepang

Jaran Kepang atau biasa disebut masyarakat Jawa dengan istilah Jaranan ini sudah mulai naik daun karena kemistisannya. Salah satu desa yang masih melestarikan kesenian ini adalah Desa Sukoreno, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. Pada awalnya Jaran Kepang lahir sebagai simbol bahwa rakyat juga mempunyai kemampuan untuk menghadapi musuh atau melawan kekuatan bangsawan kerajaan yang memiliki bala tentara. Tarian tradisional telah lahir dengan keadaan tidak berpola tersebut, digemari oleh masyarakat khususnya di Jawa sejak adanya kerajaan-kerajaan tempo dulu.
Jaran Kepang sendiri memiliki arti sebuah tarian tradisional daerah Jawa, menampilkan sekelompok prajurit kerajaan yang menunggangi kuda. Menurut Bapak Slamet Afriadi, ketua Sanggar Seni di Desa Sukoreno mengatakan bahwa, pemain Jaran Kepang sebenarnya adalah seorang putri yang berpenampilan sebagai prajurit kerajaan. Putri tersebut menyamar sebagai laki-laki tangguh. Namun, sekarang pertunjukan itu mayoritas dimainkan oleh laki-laki sungguhan, bukan perempuan lagi.
Bapak Slamet Afriadi menceritakan bahwa, sejarah munculnya seni jaranan adalah pada zaman dahulu, Raja Kediri yaitu Raja Airlangga memiliki seorang putri yang cantik bernama Dewi Sangga Langit. Pada waktu itu, banyak sekali yang melamar putrinya sehingga dia mengadakan sayembara. Sebenarnya Dewi Sangga Langit tidak ingin menikah dan hanya ingin menjadi pertapa saja. Tetapi Raja Airlangga tetap memaksa putrinya untuk menikah. Dengan sangat terpaksa Dewi Sangga Langit menyetujuinya, tetapi ada syaratnya yaitu barang siapa yang bisa menciptakan kesenian yang belum pernah ada di Pulau Jawa maka akan menjadi suaminya.
Kemudian Raja Airlangga  mengadakan sayembara. Dari beberapa pelamar itu, mereka bertengkar dahulu. Pertengkaran itu dimenangkan Klana Sewandono. Singo Ludoyo punya janji dengan Klana Sewandono agar tidak membunuh dirinya. Tetapi, Klana punya syarat agar Singo Barong mengiringi dirinya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker. Iringan itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan alat musik yang berasal dari bambu dan besi.
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi Dewi Sangga Langit tersebut kemudian disebut Jaran Kepang. Jaran kepang ini menjadi salah satu kesenian yang ada di Indonesia.
Tahap pertama dalam pertunjukan jaranan adalah dengan mengalunkan gending pembuka. Contoh alat musik yang biasa digunakan adalah jedhor, kendang, angklung, dan kentongan adalah peralatan musik pakem yang dimainkan dalam tradisi pagelaran tari Jaran Kepang Dhor. 
Saat ditampilkan, terdapat tokoh-tokoh cerita jaranan, yaitu prajurit berkuda, Barongan, dan Celengan. Dalam kisahnya para tokoh tersebut masing-masing mempunyai sifat dan karakter yang berbeda. Symbol Kuda menggambarkan suatu sifat keperkasaan yang penuh semangat, pantang menyerah, berani, dan selalu siap dalam kondisi serta keadaan apapun. Symbol kuda ini dibuat dari anyaman bambu. Anayman bamboo juga memilki makna tersendiri, yaitu dalam kehidupan manusia ada kalanya sedih, susah, dan senang. Barongan dengan raut muka yang menyeramkan, matanya membelalak buas, hidungnya besar, gigi besar bertaring serta gaya gerakan tari yang seolah-olah menggambarkan bahwa dia adalah sosok yang sangat berkuasa dan mempunyai sifat adigang, adigung, adiguna yaitu sifat yang semaunya sendiri dan angkuh.        
Simbol celengan atau babi hutan dengan gayanya kesana kemari dan memakan apa saja yang ada dihadapannya tanpa peduli makanan itu milik siapa yang penting ia kenyang dan puas, hal ini berarti orang yang rakus diibaratkan seperti Celeng atau Babi hutan.
Para seniman jaranan memberikan isyarat kepada manusia bahwa di dunia ini ada sisi buruk dan sisi baik, tergantung manusianya tinggal pilih sisi yang mana. Kalau dia bertindak baik berarti dia memilih semangat kuda untuk dijadikan motivasi dalam hidup. Bila sebaliknya berarti ia memilih semangat Celengan atau babi hutan.
Di dalam permainan tarian kuda lumping, untuk menghiasi agar lebih menarik perhatian penonton, tentu saja atraksi-atraksi selalu ditampilkan dalam pertunjukkan tersebut. Adapun atraksi yang ditampilkan dalam tiap jenis tarian kuda lumping mempunyai ciri khas tersendiri. Atraksi khusus yang dilakukan yaitu ada atraksi salto, jaipongan, kayang, atupun kesurupan..
Dari beberapa atraksi yang ditampilkan pada Jaranan yang paling disukai penonton yaitu atraksi kesurupan. Dalam atraksi kesurupan biasanya pemain kesadarannya tidak terkontrol. Pemain yang kesurupan akan melakukan hal-hal yang tidak lazim. Misalnya memakan pecahan kaca, menginjak arang panas, ataupun dipecut punggungnya.
Cara yang bisa dilakukan agar potensi wisata budaya yang ada di Desa Sukoreno bisa berkembang adalah dengan mempublikasikannya melalui berbagai media. Bisa media cetak maupun media eletronik.
Selain itu, Jaran kepang atau Jaranan dapat dikembangkan dengan cara menampilkannya dalam festival, acara peringatan hari nasional, ataupun kegiatan lainnya, sehingga kesenian tersebut tidak akan punah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar