Candi
Kotes adalah salah satu peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Blitar. Candi
ini terletak di Desa Sukosewu Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar, berjarak
kira-kira 20 kilometer dari ibukota kabupaten. Candi yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit ini, sampai
sekarang masih terawat dengan baik.
Juru
kunci Candi Kotes bernama Bapak Supriyono, usianya saat ini sekitar 45 tahun.
Profesi ini beliau tekuni sejak tahun 1993. Menurut beliau, sejarah berawal
dari keruntuhan Kerajaan Singosari yang pada waktu itu diperintah oleh seorang
raja bernama Raja Kertanegara. Kertanegara meninggal dunia karena kalah dalam
peperangan melawan Jaya Katwang dari Kediri. Salah satu keturunan Kertanegara
yang masih hidup adalah Raden Wijaya. Raden Wijaya melakukan perjuangan yang
sangat panjang hingga akhirnya berhasil menjadi raja seperti ayahnya dan
membentuk sebuah kerajaan Hindu yakni Kerajaan Majapahit.
Dalam
perjuangannya tersebut, Raden Wijaya sempat mengasingkan diri dan melakukan
persinggahan sementara di suatu tempat. Di tempat tersebut ia membangun candi
yang kemudian dinamai Candi Kotes. Kata kotes berasal dari kata kotesan yang
berarti anak ikan gabus. Candi Kotes pertama berdiri pada tahun 1222 saka (1300
M). Memiliki dua subasemen yang terbuat dari Batu Andesit yaitu subasemen muka
atau bagian pertama dan subasemen kedua atau bagian kedua.
Pada
subasemen muka terdapat logo angka 1223 saka (1301 M) tepatnya di pelipit
bagian timur laut subasemen. Subasemen ini berupa pendopo yang gunanya untuk
rapat atau pertemuan. Beberapa benda bersejarah diatur berjajar di depan
bangunan ini yaitu sebuah Yoni, umpak dengan relief naga yang meliliti umpak
dengan dalamnya terlukis sebuah kera dan kijang. Serta sebuah arca Durga yang
masih tersisa kaki dan Mahesanya, tangan kanan belakang arca memegang tasbih
dan tangan kiri belakang memegang kebut lalatatau Aksamala. Umpak ini
berjumlahkan 20 buah. Selain itu, di depan bangunan ini juga terdapat sebuah
atap miniatur candi dan tatakan tempat arca.
Sedangkan
pada subasemen kedua atau bagian kedua terdapat logo angka 1222 saka (1300 M).
bangunan ini memiliki 6 undak (tangga naik). Di atas bangunan ini terdapat dua
meja altar atau meja persembahan yang menerapkan motif seperti pita. Guna meja
altar ini adalah untuk meletakkan sesaji. Disamping meja altar ada juga sebuah
miniatur, disetiap sudut miniatur dihiasi Relung. Relung yang terdapatdi sudut
miniatur bagian timur dan selatan dibuat seperti Mahameru yang atasnya
berbentuk kubus. Di atas pintu gerbang yang berada di bagian barat miniatur
adasebuah hiasan Kepala Kala, gunanya untuk mengusir pengaruh jahat yang dapat
mempengaruhi kesucian tempat tersebut.
Candi
ini dulunya bukanlah suatu lokasi wisata melainkan tempat persembahyangan umat
Hindu. Umat Hindu melakukan berbagai ritual khusus pada hari-hari
besarkeagamaan. Candi ini juga digunakan sebagai tempat perabuan yaitu tempat
untuk meletakkan abu. Masyarakat sekitar dulunya juga biasa memanfaatkan candi
ini sebagai tempat nyadran sebelum melangsungkan hajat pernikahan, sampai saat
ini kegiatan nyadran masih dilakukan, namun hanya oleh segelintir orang saja.
Bangunan
pada Candi Kotes ini masih asli dan belum pernah dilakukan perubahan.
Sebenarnya perubahan bisa saja dilakukan, dalam arti perubahan pada suasana di
sekitar bangunan candi. Kita dapat memperindah taman yang ada dengan menanam
berbagai bunga yang elok, selain itu pepohonan juga sangat diperlukan untuk
menambah keasrian dan kesejukan lokasi candi ini. Pak Supriyono selaku juru
kunci juga berharap penerangan yang cukup dapat diberikan sebagai fasilitas
penunjang keindahan candi Kotes pada malam hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar